Don’t Forget Your Roots

Sebuah pemikiran tentang Industri Clothing pada tahun 2007

0

Industri kreatif salah stunya adalah clothing dan atau distro saat ini sudah memsuki fase 10 thn kedua dalam perjalanannya,layaknya aktivitas berkebun saat ini adalah untuk memetik hasilnya, Rp 36,03 miliar, setara dengan 11 % PAD kota Bandung yang besarnya Rp 327,5 miliar. Selain itu, industri berbasis karsa ini berhasil menyerap 344.244 tenaga kerja disumbangkan dari industri kreatif dan juga menjadi perbincangan hangat dan bahkan dijadikan topik hangat untuk menaikan popularitas dalam pemilihan kepala daerah dan bahkan pemerintah pusat pun menjadikan tahun ini sebagai “tahun kreatif”……PPKI

Distro dan cltohing yg 10 tahun lalu merupakan barang langka dan perlu tenaga ekstra untuk mendapatkan produk-produknya,saat ini layaknya jamur yg subur di musim hujan,sangat mudah sekali ditemukan,semua orang dengan kapital yang mendukung akan dengan mudah membuat sebuah brand clothing atau distro dan akan dengan sangat mudah pula untuk segera menutup bisnisnya apabila dirasakan sudah mulai merugi atau kehabisan bahan “contekan”.

Secara tidak sadar ada 1 hal penting yang banyak dilupakan atau mungkin terlupakan atau lebih halus lagi belum dilakukan oleh pelaku industri kreatif dalam hal ini clothing atau distro,yaitu keterkaitan industri ini dengan komunitas,

kalau dirunut kebelakang dan mempelajari sejarah terjadinya bisnis clothing atau distro sangat tidak bisa dihindari kaitan dan hubungannya dgn komunitas-komunitas yang banyak bersebaran di bandung, baik itu musik, film, extreme sport, literatur dan lain-lain dan sebagian besar merupakan komunitas yang merupakan bagian minoritas dari sebuah kehidupan urban tetapi memunyai potensi yg sangat besar hanya saja kurang terekspos ke permukaan.

Kemajuan clothing saat ini ketika diangkat ke permukaan dan disebarluaskan ke masyarakat yg terekspose sebagian besar hanya perbandingan nilai kapital  awal dengan asset yg berhasil dimiliki saat ini, jumlah tenaga kerja yg berhasil dikaryakan sehingga membantu program pemerintah yang buntu memecahkan permasalahan pengangguran, tapi sangat minim sekali bila dikaitkan dengan seberapa besar komunitas yg sudah ikut berhasil berkembang, seberapa besar progress komunitas yg terjadi akibat berkembangnya industri clothing tersebut,mengapa hal itu sampai terjadi? apakah benar mereka telah melupakan sejarah?

Apakah kita selalu tahu bahwa komunitas yg selalu kita agung-agungkan dan kita dukung ternyata berada di titik nadir saat ini? mereka sedikit mengalami kesulitan utk mengembangkan jaringan dan aktivitasnya hanya karena saat ini kita tolak hasil karya mereka untuk ikut dipajang bersama main product di toko kita dengan alasan tidak cocok dengan konsep toko modern saat ini? peduli kah kita dengan kondisi sudah berapa banyak event-event komunitas yg harusnya jadi ajang showoff mereka gagal terlaksana hanya karena kurangnya dukungan dari industri yg sudah mereka besarkan selain dari halangan dan rintangan para birokrat dan aparat yang kadang tidak masuk akal?

Awal mula industri clothing dan distro sangat tidak bisa jauh dari yang namanya komunitas, pada kisaran tahun 1996 / 1997 dimana baru berdiri sekitar kurang dari 10 brand clothing dan distro diprakarsai oleh Reverse, kemudian 347 (Unkl 347), M-Clothing, NoLabel, Riotic, Twoclothes, Harder, Airplane bermula dari sekumpulan anak muda yang sering menghabiskan waktu baik di komunitas skateboard (pada saat itu komunitas Taman Lalu Lintas Bandung) dan komunitas musik underground yang juga berkumpul di Taman Lalu Lintas, PI (Belakang BIP), Reverse Sukasenang, dan Ujung Berung Bandung. dari komunitas tersebut kemudian selain yang aktif melakukan hobi nya bermusik dan bermain skateboard secara serius, diantara nya ada yang berusaha memenuhi kebutuhan akan lifestyle komunitas tersebut dengan kecil-kecilan memproduksi T-shirt, dari yang awalnya hanya dengan modal nekat dan yang penting keren dan diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang sangat terbatas pada saat itu, kini bagaikan efek bola salju, kenekatan tersebut ternyata berubah menjadi sesuatu yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup dan bahkan menginspirasi beberapa pihak yang memiliki kapital besar untuk ikut meramaikan suasana dan pastinya mendapatkan keuntungan tanpa memperdulikan “soul” yang harus dibawa ketika melakukan bisnis ini. Selain T-shirt, apabila dapat disebut produk pada saat itu, produk yang dibuat dari komunitas-komunitas ini yaitu adalah kaset band-band independent lokal yang tidak mungkin diterima dan diedarkan secara massal di distributor-distributor kaset ternama, alhasil sistem saling dukung dan pertemanan pun memainkan peranan yang sangat penting pada saat itu, ketika rilisan sebuah band lokal telah siap edar, maka diedarkan nya pun hanya sebatas di distro yang awalnya cuma mempunyai T-shirt saja sebagai main product nya dan juga pastinya memanfaatkan jalur word of mouth dan itu pun sangat efektif.

Berapapun angka penjualan bukan merupakan sebuah masalah pada saat itu ketika memproduksi T-shirt atau pun kaset, kata kuncinya yang penting adalah eksistensi, keren, dan buatan sendiri! perkara tidak laku tak jadi soal, kalaupun bosan melihat produk tersebut terpajang terus di toko dan tidak habis-habis ya dibagikan saja kepada kerabat sesama komunitas atau untuk memenuhi kebutuhan kostum ketika ada sebuah band lokal akan pentas, atau dalam bahasa marketing disebut brand endorsement. sehingga tercipta sebuah hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak, clothing terbantu dengan promosi produknya dan para personel band pun tertolong dengan kostum gratisan yang bisa setiap manggung berganti T-Shirt baru tanpa ada nilai nominal yang harus dibayarkan dan bahkan kontrak sekalipun, semuanya hanya berlandaskan pertemanan.

Peranan komunitas sangatlah vital dan penting dalam mencapai keberhasilan industri “kreatif” ini (dalam hal ini clothing dan distro), komunitas lah yang menjadi pembeda industri clothing dengan fashion yang mainstream, jika dianalogikan sebagai bagian dari sebuah bangunan, maka komunitas adalah sebagai anak kunci yang berperan membuka pintu rumah dan apabila direnungkan lebih luas lagi komunitas juga lah yang berperan sebagai atap dari sebuah rumah,

Di fase 10 tahun kedua ini saatnya kita para pelaku industri clothing dan distro kembali merenungkan tujuan awal pendirian bisnis kita, apakah semata Karena nilai komersil ataukah memang berniat mengembangkan dan menyebarluaskan “virus-virus”  kreatifitas dengan “seutuhnya”? kalau ternyata tujuannya hanya berlandaskan materi tanpa melihat sisi social disekitarnya,so why you keep saying “we’re also parts of creative industries !” , faktor pembeda apa yang bisa dilihat sebagai perbedaan dengan industri fashion mainstream yang sudah eksis sejak lama di pusat-pusat perbelanjaan modern dan pasar-pasar tradisional?

sekaranglah saatnya untuk “back to the roots”,jangan biarkan industri ini lambat laun menjadi antiklimaks dan akhirnya sudah tidak menarik lagi untuk dikembangkan, support your community!

 

 

Febbylorentz

-salam kreatif (kere tapi aktif)-

Leave A Reply

Your email address will not be published.